AKTUALISASI KESENIAN TARI PENDET DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT BALI
Disampaikan pada Kunjungan Mahasiswa dari
Universitas Slamet Riyadi Solo-Jawa Tengah
Oleh:
I Made Swarika Aryanta
NPM : 06.8.03.51.29.1.5.1072
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2010
A. PENDAHULUAN
Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau, Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar; sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, dan Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata.
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam tehnik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya Gamelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan Gambang, Gamelan Selunding, dan Gamelan Semar Pegulingan. Adapula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben, serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya.
Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi 3 (tiga) kelompok; yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung. Tarian wali, antara lain; Sang Hyang Dedari, Sang Hyang Jaran, Tari Rejang, Tari Baris, Tari Janger. Tarian bebali antra lain; Tari Topeng, Gambuh. Tarian balih-balihan antara lain; Tari Legong, Arja, Joged Bumbung, Drama Gong, Barong, Tari Pendet, Tari Kecak, Calon Arang.
Belakangan ini salah satu berita yang paling hangat di jagat berita Indonesia adalah berita tentang klaim terbaru Malaysia atas salah satu warisan budaya Indonesia. Sebenarnya tidak terlalu jelas apakah Malaysia benar mengklaim tari pendet dari Bali sebagai budaya mereka, yang jelas mereka menayangkan potongan tari pendet dalam iklan pariwisata mereka di Discovery Channel. Orang yang tidak tahu pasti tentang tari tersebut pasti akan langsung berkesimpulan kalau tari Pendet itu berasal dari Malaysia seperti yang ada di iklan.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dicermati lebih dalam tentang bagaimanakah eksistensi kesenian tari pendet itu sendiri pada masyarakat Bali yang merupakan bentuk warisan budaya bangsa dalam menunjukkan karakteristik masyarakat Bali pada khususnya.
B. TARI PENDET
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Tari pendet diciptakan sekitar tahun 1950, meski dimodifikasi, namun semua busana dan unsur gerakan tarinya tetap mengacu pada pakem seni Bali yang dikenal khas dan dinamis. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah almarhum I Wayan Rindi (? - 1967).
Tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pria dan wanita, dewasa maupun gadis. Tari pendet menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam Marcapada. Tarian ini merupakan sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti tarian-tarian pertunjukan yang memerlukan pelatihan intensif, tarian ini diajarkan sekadar mengikuti gerakan. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para perempuan yang lebih senior. Tari Pendet dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura. Biasanya penari menghadap ke arah suci (pelinggih).
Dalam jagat kepariwisataan Bali, tari Pendet hadir sebagai tari selamat datang. Namun di tengah masyarakat Bali sendiri, tari yang dibawakan secara berkelompok ini belakangan agak jarang disajikan sejak munculnya tari Panyembrama pada tahun 1971. Hingga tahun 1980-an, tari ciptaan I Wayan Baratha ini lebih sering ditampilkan sebagai tari pembukaan dalam pagelaran seni pertunjukan komunal bahkan juga dalam seni pentas turistik. Munculnya tari bertema sejenis seperti tari Puspawresti (1981) oleh I Wayan Dibia, Puspanjali dan Sekar Jagat (keduanya karya N.L.N Swasthi Widjaja Bandem), dan tari Selat Segara ciptaan Gusti Ayu Srinatih pada tahun 1990-an semakin menenggelamkan tari Pendet. Lomba-lomba tari Bali pun sangat jarang mengangkat materi tari berdurasi 5-6 menit tersebut.
Kendati di tanah kelahiraannya tari Pendet agak jarang dipentaskan, di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tari berkarakter wanita ini masih populer di kalangan peminat tari Bali. Di Jakarta misalnya, tari Pendet dijadikan materi wajib dasar oleh sanggar-sanggar tari Bali. Salah satu sanggar tari Bali dibawah Lembaga Kebudayaan Bali Saraswati yang bermarkas di di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, sejak tahun 1970-an hingga kini memberikan materi tari Pendet. Bahkan lembaga yang kini dipimpin I Gusti Kompyang Raka itu juga memberikan kesempatan pada peminat tari Bali menabuh gamelan memainkan iringan tari Bali, termasuk iringan tari Pendet.
Sumber inspirasi lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan dan seusai pementasan topeng sidakarya; teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung biasanya secara khusus menampilkan ritus mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga.
Aktivitas mendet yang secara etimologis berasal dari mendak (menyambut) itu, penarinya tak selalu dipersiapkan secara khusus, umumnya dapat dibawakan oleh seluruh partisipan, pria-wanita tua dan muda. Ketika gamelan sudah melantunkan gending papendetan, mereka yang ingin ngayah mendet; menari secara tulus akan bergantian tampil di halaman suci pura, bisa secara solo, berpasangan, atau juga masal. Seorang kakek dapat dengan penuh semangat membawa sesajen dan bunga menari-nari improvisatoris berinteraksi dengan aksen-aksen gamelan. Seorang nenek renta tak dinyana tiba-tiba bangkit dengan lincahnya berlenggak lenggok dengan ekspresi nan lugu. Para remaja yang masih energik juga sering dapat disaksikan mamendet dengan menari sesungguh-sungguhnya. Semuanya dilakukan dalam bingkai berkesenian sebagai sebuah persembahan yang bermakna kegirangan menyongsong kehadiran para dewa.
Lewat doa dan persembahan semerbak bunganya, tari Pendet telah merajut harmoni intra dan multikultural. Sebagai seni tari sub kebudayaan Indonesia, tari Bali yang dibawakan kaum hawa itu menjadi jempatan toleransi dalam realita kebhinekaan kita mengapresiasi suatu ekspresi kesenian. Sebagai sebuah nilai estetik dan kultural Nusantara, tari Pendet telah menyemai komunikasi universal dengan bangsa-bangsa lain yang ber kontribusi pada harkat dan martabat Indonesian di mata dunia.
C. SUMBER
Bali Tetap Sucikan Tari Pendet. Internet: http://images.google.co.id/23-8-2009., 28 Januari 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bali
http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Pendet
Pendet Tergolong Tarian Tertua di Bali. Internet: http: www.antaranews.com/berita/22-8-2009., 28 Januari 2010
Suartaya, Kadek. 2009. Tari Pendet Menabur Doa Perdamaian. Internet: http://www.isi-dps.ac.id., 28 Januari 2010.
Wira. 2009. Tari Pendet Bali. Internet: http://wirautama.net., 28 Januari 2010.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar